Sejarah Komunitas Sant'Egidio

Dari Roma ke Seluruh Dunia
Gereja Sant'Egidio (Santo Egidius) di Kota Roma .sbr Google
Komunitas Sant’Egidio adalah komunitas awam Katolik yang diakui secara resmi oleh Pontivika Vatikan. Komunitas ini lahir pada 7 Februari 1968 di Roma. Komunitas ini sudah terdapat di 70 negara yang tersebar di benua Eropa, Afrika, Amerika dan Asia. Di Indonesia, komunitas sudah berkembang di 15 daerah, yaitu, Padang, Jakarta, Pekanbaru, Duri, Aceh, Medan, Nias, Bogor, Yogyakarta, Kupang, Atambua, Kefa, Semarang dan Denpasar.

Komunitas mengajak semua orang unutk membangun jembatan cinta kasih tanpa membedakan suku, agama, ras dan golongan. Komunitas juga mengajak untuk menghidupi Injil bersama dengan orang-orang lemah seperti orang miskin, anak terlantar, lansia, korban perang, gelandangan, orang sakit, penderita kusta dan AIDS juga terhadap bentuk kemiskinan lainnya.

Komunitas ini memiliki spiritualitas yang mencirikan cara hidup serta semangat pelayanan yang dilakukan  yaitu :

  •  Doamerupakan pusat dan bagian esensial dalam kehidupan komunitas.     
  • Pengkomunikasian Injilmerupakan jantung kehidupan komunitas.Solidaritas dengan orang miskin, menjadi sukarelawan dalam semangat gerejawi yang evangelis yaitu, “ Gereja bagi semua orang, terutama bagi yang miskin”.   
  •  Ekumenismehidup dalam persahabatan, doa dan mencari persatuan di antara orang-orang Kristiani di seluruh dunia.
  •  Dialogdirekomendasikanoleh konsili Vatikan II sebagai jalan damai dan kerjasama antar agama.

Komunitas juga berperan dalam perdamaian dunia diantaranya memprakarsai perdamaian Mozambik, Albania, Pantai Gading dan negara-negara Afrika Eroapa Timur lainnya. Komunitas selalu melaksanakan doa dan dialog damai dari satu kota ke kota lainnya setiap tahun. Para pemuka dari berbagai agama da aliran kepercayaan serta ribuan orang berkumpul untuk menyerukan perdamaian bagi dunia. Selain itu, komunitas juga mengadakan Sekolah Damai untuk bersahabat dan membantu anak-anak dalam belajar mengembangkan kreatifitasnya serta mendidik mereka menjadi anak-anak damai.

Bagi para penderita AIDS di Afrika, komunitas menyediakan pengobatan gratis secara terus menerus melalui program Dream of Africa. Tak kurang dari 4000 bayi yang lahir dengan selamat tanpa terjangkit virus HIV walaupun ibu mereka menderita AIDS. 

Lebih dari 5000-an anak di seluruh dunia termasuk di Yogyakarta mendapatkan orang tua angkat dalam program adopsi jarak jauh. Komunitas di Yogyakarta telah berkembang selama 7 tahun dengan mewujudkan persahabatan bersama Bapak dan Ibu di perempatan Sagan, adik-adik di Panti Asuhan Sayap Ibu dan Pondok Harapan, serta mendampingi adik-adik Sekolah Damai di Wadas, Sleman dan selalu mengunjungi Romo-romo sepuh di Domus Pacis, Pringwulung.

Pelayanan komunitas di setiap kota dan negara selalu berdasarkan pada keadaan setempat dengan semangat kasih yang sama kepada yang membutuhkan. Komunitas Sant’Egidio adalah sebuah keluarga.

Post:Uno

---------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------


Sampai di Indonesia

Komunitas Sant’Egidio berdiri di Indonesia pada tahun 1991 di Kota Padang. Kemudian Komunitas mulai menyebar di berbagai kota di Indonesia. Dan saat ini sudah berkembang di 15 kota, yaitu Nias, Aceh, Padang, Pekanbaru, Duri, Medan, Jakarta, Bogor, Yogyakarta, Pontianak, Kupang, Atambua, Kefa,  Semarang dan Denpasar.


Post:Uno

---------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------


Berawal dari Kampus

Anggota Komunitas Sant'Egidio Yogyakarta
Komunitas Sant’Egidio Yogyakarta terbentuk pada tanggal 9 Mei 2000 di Kampus Sanata Dharma menjadi salah satu alternative untuk mengembangkan spiritualitas para mahasiswa.

Komunitas ini mulai berdoa dan melakukan pelayanan dengan menjalin persahabatan dan kekeluargaan dengan saudara/i di perempatan Condongcatur, Depok, Sleman. Komunitas mendampingi anak-anak jalanan untuk belajar menggambar, membaca, menulis dan berhitung setiap Minggu.

Pada waktu itu di perempatan Condongcatur, Komunitas Sant’Egidio menjadi  sahabat dan juga keluarga bagi 40 orang yang terdiri bapak-ibu kusta, adik-adik jalanan dan para pengamen. Sampai saat ini tetap  mendampingi mereka meskipun sejak 2004 mereka harus pindah di daerah Wadas, Sleman dan akhirnya Komunitas membuat Sekolah Damai di daerah tersebut.

Saat ini Komunitas Sant’Egidio Yogyakarta terdiri dari  atas anggota yang berasal dari berbagai perguruan tinggi seperti,  Universitas Sanata Dharma, STTNAS, Amikom, STIE YKPN, Stikes Respati, UPN, Atmajaya, STTL, STTA, PGRI dan UGM.

Tempat pelayanan yang saat ini menjadi perhatian Komunitas adalah :
Sekolah Damai di Wadas Sleman, Bapak Ibu di perempatan Sagan, para Pastor di Domus Pacis Pringwulung, adik-adik di Panti Asuhan Sayap Ibu Pringwulung, Pelita Harapan Beo, dan Panti Jompo Wreda.

Post:Uno 














1 komentar: